![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8e0N8rfkulxx0jLKu6-kTd4bzoHEVGiYRNT1uiSkgFbSByp8Pcspq9hJS-Fyo-1hJ6rlJMQjOt3qLxsQxRzVVfmM1v_sPtyn82zZjhqX2NpaWkGOT_SCyveWBbSd3xNyzrvDpZ6xx_6F4/s200/CG6DE6.png)
Ayatullah Makarem Shirazi mengenai ayahnya mengatakan, "Ayah sangat mencintai al-Quran. Ketika aku masih belajar di sekolah dasar, beliau kadang-kadang mengajakku ke kamarnya supaya aku membacakan ayat-ayat al-Quran dan terjemahannya kepada beliau."
Sejak kecil Ayatullah Makarem
Shirazi akrab dengan bacaan al-Quran. Daya tarik al-Quran berlahan-lahan memikatnya
sehingga ia tertarik dengan pemahaman konsep dan poin-poin penting al-Quran. Ia
dengan bantuan para ahli dan peneliti al-Quran telah menulis sebuah tafsir
bernama "Tafsir Nemuneh (al-Amtsal)". Tafsir ini telah diterjemahkan
ke dalam berbagai bahasa.
Masa kecil dan periode pendidikan
Ayatullah Makarem Shirazi amat luar biasa. Karena kepandaian dan kecerdasannya
itu,ia pada umur lima tahun telah masuk sekolah dasar dan beberapa tingkat
kelas dilompatinya sehingga pada umur 14 tahun ia telah menyelesaikan sekolah
menengah tingkat atas. Saat belajar di kelas tiga SMA, ia tertarik dengan
pelajaran-pelajaran agama sehingga setelah lulus ia tidak melanjutkan
pendidikannya di universitas tetapi lebih memilih belajar di hauzah.
Bakat dan usaha Ayatullah Makarem
Shirazi menyebabkan ia cepat dikenal dan menjadi perhatian para guru dan
pelajar agama lainnya. Dengan usaha dan kecerdasannya, ia melewati
pelajaran-pelajaran tingkat dasar Hauzah hanya dalam waktu empat tahun dengan
nilai yang sangat istimewa dan berada di barisan pelajar agama yang meraih
nilai terbaik. Padahal jenjang pendidikan tingkat dasar Hauzah tersebut
biasanya dilalui 10 tahun oleh pelajar-pelajar agama lainnya.
Ayatullah Makarem Shirazi pada usia
18 tahun dengan dorongan guru-gurunya menuntut ilmu di Hauzah Ilmiah Qom dari
para ulama besar. Ia menguasai pelajaran-pelajarannya dengan cepat, bahkan
karena kecerdasannya itu ia sudah dapat bergabung dalam kelas Ayatullah
al-Udzma Boroujerdi, Marji Besar Syiah di masa itu bersama dengan para pelajar
yang telah mencapai tingkat tinggi keilmuannya.
Mengenai hal itu, Ayatullah Makarem
Shirazi mengatakan, "Ayatullah Boroujerdi adalah seorang yang sangat
bertakwa, waspada, bercahaya dan menarik serta ahli di bidang fiqih. Aku di
awal remaja dan berumur 18-19 tahun turut belajar di kelas beliau, padahal
waktu itu para pemuka Hauzah tengah belajar dengan beliau di kelas itu.
Kehadiran seorang pemuda seperti aku di kelas tersebut tampaknya sedikit
mengejutkan, khususnya ketika aku berani mengutarakan masalah di tengah-tengah
pelajaran. Namun Ayatullah Burujerdi dengan terbuka menanggapiku dan menjawab
soal-soalku."
Pada tahun 1950, Ayatullah Makarem
Shirazi pergi ke Najaf Ashraf di Irak untuk menuntut ilmu dari ulama-ulama
terkemuka lainnya di masa itu. Setelah menuntut ilmu dari berbagai ulama besar,
ia berhasil mencapai derajat ijtihad pada umur 24 tahun. Mencapai ijtihad pada
umur ini amat jarang terjadi dan hal itu menunjukkan upaya kontinyu dan
kepandaian Ayatullah Makarem Shirazi. Ia memanfaatkan dorongan dan bantuan para
guru besarnya untuk menuntut banyak ilmu. Sebab berdasarkan perkataan para
psikolog, dorongan dan dukungan para guru seperti peluncur bagi manusia yang
sedang menuntut ilmu dan mengantarkannya ke puncak keilmuan.
Pasca kembali ke kota Qom, Ayatullah
Makarem Shirazi bersama sejumlah ulama terkemuka lainnya membentuk
"JameehModarresinHauzah Ilmiah Qom" dan hingga kini terus melakukan
berbagai aktivitas keilmuan dan budaya. Ia hampir 40 tahun mengajar fiqih dan
ushul tingkat atas dan selama ini telah mendidik banyak murid, bahkan sebagian
besar muridnya saat ini berada di pos-pos penting negara atau menjadi guru-guru
besar di hauzah-hauzah ilmiah.
Hal yang menarik di sini adalah
Ayatullah Makarem Shirazi sejak remaja berupaya menulis buku-buku agama dan
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan usahanya sendiri. Bahkan hingga kini ia
tidak pernah mengambil uang saku pelajar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Karya-karya Ayatullah Makarem
Shirazi tidak terbatas pada bidang tertentu. Ia menulis berbagai buku
keislaman. Sejumlah bukunya merupakan jawaban atas masalah-masalah kekinian dan
dapat dikatakan bahwa mayoritas buku-buku karyanya ditulis sesuai dengan
kebutuhan zaman. Ia juga mengajar berbagai bidang ilmu sesuai dengan kebutuhan
remaja terhadap agama.
Di samping menerbitkan banyak buku,
Ayatullah Makarem Shirazi selama bertahun-tahun mengajar tafsir al-Quran dan
Nahjul Balaghah dan mendidik serta melahirkan murid-murid yang handal. Jasa
penting lain Ayatullah Makarem Shirazi di bidang ilmu dan budaya adalah
mendirikan empat sekolah. Salah satu sekolah yang didirikanya adalah sekolah
khusus jurusan tafsir al-Quran dimana murid-murid di sekolah ini diajari
cara-cara menafsirkan al-Quran dengan benar. Selain itu, ia juga membangun
berbagai Darul Quran dan tempat-tempat penginapan bagi para peziarah di
berbagai kota religius di Iran.
Ayatullah Makarem Shirazi memahami
konspirasi musuh untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran sesat di tengah-tangah
generasi muda sehingga ia terus berupaya memberikan pencerahan dan bimbingan
kepada mereka supaya tidak termakan tipu daya musuh. Ia dengan pemahamannya
yang luas menulis berbagai buku untuk mengungkap fakta tentang
filsafat-filsafat materialistik Barat. Salah satu bukunya yang berjudul
"Filsuf Namaha" menelaah dan mengkritik filsafat-filsafat Barat dan
klaim-klaim para filsuf materialistik. Buku ini telah dicetak hingga sekitar 30
kali namun kesegaran dan kelengkapan isinya hingga kini masih terjaga di
tengah-tengah buku-buku lainnya.
Jelveh-e Haqadalah sebuah buku karya Ayatullah
Makarem Shirazi yang menolak pandangan-pandangan sufi dan darwis. Buku ini
pernah mendapat pujian dari Ayatullah al-Udzma Boroujerdi. Di masa itu,
Ayatullah Makarem Shirazi mengadakan berbagai acara kajian akidah dan ilmu-ilmu
lainnya untuk menjawab berbagai permasalahan terkini khususnya masalah generasi
muda. Ia mendorong para pemuda untuk mengikuti ajaran al-Quran dan Ahlul Bait
Rasulullah Saw. Ia juga menulis berbagai artikel yang dimuat di majalah
"Maktabul Islam" yang mengungkapkan jati diri rezim despotik Shah
Pahlevi supaya generasi muda di masa itu memahami siapa Shah dan penindasan
yang dilakukannnya terhadap rakyat Iran.
Selain itu, Ayatullah Makarem
Shirazi melontarkan berbagai protes dan kecaman terhadap rezim Shah. Sebelum
Revolusi Islam Iran, ia melalui jalur diplomatik selalu berupaya untuk
mendirikan sistem Islam. Ayatullah Makarem Shirazi bersama para tokoh Hauzah
Ilmiah Qom lainya terus berjuang di jalur politik untuk melawan rezim Shah yang
otoriter. Akibat berbagai pernyataan dan statemennya yang anti-Shah, ia sering
dijebloskan ke penjara oleh rezim dan berulangkali di asingkan di kota-kota
perbatasan Iran.
Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran
tahun 1979, Ayatullah Makarem Shirazi terpilih menjadi anggota Dewan Ahli
Penyusun Konstitusi Republik Islam Iran dan berperan besar dalam menyusun
konstitusi negara Islam ini. Ia selalu menganggap dirinya sebagai pengikut
Rahbar (Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran) dan mengajak masyarakat untuk
selalu taat kepada Wilayatul Faqih dan melindungi Islam dan Republik Islam.
Sejak 20 tahun lalu, Ayatullah Makarem Shirazi dikenal sebagai Marji Syiah dan
hingga kini terus mendidik para pelajar agama dan penyampai ajaran-ajaran Ahlul
Bait as.
Pengetahuan luas Ayatullah Makarem
Shirazi tentang masalah-masalah kekinian dan fatwa-fatwa konstruktifnya sangat
membantu menyelesaikan berbagai masalah dunia saat ini. Kepiawaiannya dalam
memberikan solusi terkait sejumlah kasus agama yang sensitif tidak asing lagi
bagi setiap orang. Ia juga sebagai tokoh yang amat dikenal dalam menguatkan
persatuan umat Islam antara Syiah dan Sunni.
Menjalin hubungan dan kontak serta
tanya jawab terkait masalah dan kebutuhan agama serta akidah umat Islam di berbagai
negara adalah salah satu bagian dari kegiatan Ayatullah Makarem Shirazi.
Ayatullah Makarem Shirazi hingga
kini telah mendirikan berbagai pusat pendidikan, sekolah, masjid dan kantor
tidak hanya di kota-kota Iran, tetapi juga di berbagai kota lainnya di luar
negeri seperti di kota Madinah, Najaf, dan London. Dalam hal ini, ia
meluncurkan televisi satelit "Velayat" untuk menyampaikan
ajaran-ajaran Islam dan Ahlul Bait Nabi Muhammad Saw.
Tafsir Nemuneh (al-Amtsal) adalah salah satu karya paling berharga Ayatullah Naser Makarem Shirazi bersama sejumlah ahli dan peneliti al-Quran. Tafsir ini terdiri dari 27 jilid dan ditulis dalam bahasa Persia, namun saat ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa lainnya seperti Inggris, Arab dan Urdu. Tafsir ini menggunakan bahasa sederhana, ekspresif, dan mudah dipahami serta dapat dikonsumsi oleh masyarakat umum. Keistimewaan terpenting tafsir ini adalah amat kekinian dan mudah dipahami oleh masyarakat. Selain itu, tafsir ini cenderung mengarah kepada aspek pendidikan dan bimbingan.
Metode pemaparan isi dalam Tafsir
Nemuneh secara umum sebagai berikut. Tahap pertama, setelah menjelaskan
poin-poin umum di setiap surat dan menjelaskan hal-hal yang mendominasi surat,
baru kemudian menyinggung topik-topik penting terkait setiap surat. Setelah
itu, isi ayat dikaji dan dijelaskan dengan metode analisis disertai
dengan penjelasan mengenai masalah kehidupan dan bimbingan manusia.
Ayatullah Makarem Shirazi
menyertakan sejumlah poin penting terkait akhlak dalam Tafsir Nemuneh.
Selain itu, isi tafsir yang berbicara tentang masalah-masalah sosial, budaya
dan bahkan politik telah menghadiahkan kepada masyarakat akan sebuah tafsir
baru dan informatif. Di sisi lain, mengingat tafsir ini mudah dipahami maka
dapat dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat dan hal ini menunjukkan betapa
berharganya karya ini.
Sebagai contoh, dalam jilid kedua
tafsir Nemuneh disinggung mengenai tatanan dan keteraturan serta
pentingnya keteraturan itu sendiri. Disebutkan bahwa kehidupan individu dan
sosial tidak akan teratur tanpa sebuah tatanan yang benar. Oleh sebab
itu, Tuhan memberikan sebab-sebab keteraturan itu kepada manusia. Gerakan
teratur bumi dalam porosnya dan secara teratur bergerak mengitari matahari
serta pergerakan bulan yang teratur pula sebagai contoh bagi manusia untuk
menyusun agenda kehidupan materi dan spiritualnya di bawah sebuah tatanan yang
benar. Coba Anda pikirkan, jika tatanan tertentu tentang siang, malam, matahari
dan bulan tidak ada dan skala untuk mengatur waktu juga tidak ada, maka
kekecauan apa yang akan menimpa kehidupan kita?
Dengan demikian, keteraturan dunia
ini merupakan salah satu anugerah besar Allah Swt sebagaimana disebutkan dalam
surat Yunus ayat 5, "Dialah yang menjadikan matahari bersinardan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya bagi bulan manzilah-manzilah supaya kalian
mengetahuibilangan tahun dan perhitungan waktu.Allah tidak menciptakan yang
demikian itumelainkan dengan hak.Dia menjelaskantanda-tanda kepada orang-orang
yang mengetahui (yakni orang-orang yang mau berpikir)."
Islam dar Yek Negah adalah karya Ayatullah
Makarem Shirazi lainnya yang sangat berharga. Ia meyakini bahwa Islam adalah
pengetahuan tentang kosmologi, ideologi dan prinsip-prinsip keyakinan serta
pelaksanaan perintah-perintah. Oleh karena itu, umat Islam harus mempunyai
pengetahuan yang benar dan meyakinkan tentang ajaran-ajaran Islam di bidang ushuluddin
maupun furuuddin. Salah satu poin penting dalam buku Islam dar Yek
Negah adalah penjelasan tentang filsafat pendidikan dan sosial terkait
hukum-hukum Islam yang disampaikan dengan bahasa yang indah dan mudah dipahami
sehingga pembaca dapat melaksanakan hukum-hukum Islam dengan wawasan yang lebih
baik.
Dalam buku Islam dar Yek Negah,
Ayatullah Makarem Shirazi menjelaskan tentang definisi agama. Menurutnya, untuk
memahami peran agama dalam kehidupan manusia maka terlebih dahulu harus
memahami definisi dan hakikat agama itu sendiri. Agama secara ringkas dapat
didefinisikan sebagai berikut; agama adalah sebuah gerakan menyeluruh untuk
memperbaiki pemikiran, keyakinan dan membimbing prinsip ketinggian moral
manusia. Agama mengantarkan hubungan masyarakat menjadi lebih baik dan
menghapus segala bentuk diskriminasi. Selain itu, agama membimbing dan
meluruskan perilaku manusia di bawah naungan iman kepada Allah Swt dan rasa
tanggung jawab dalam diri manusia.
Ayatullah Makarem Shirazi dalam buku
Islam dar Yek Negah juga menjelaskan sebab-sebab kebutuhan manusia
kepada agama dalam lima tema. Menurut pandangannya, agama adalah pendukung bagi
prinsip moral (akhlak) dan sandaran untuk melawan segala bentuk kesulitan
hidup. Dengan agama, manusia dapat melawan kevakuman ideologi dan
membantu kemajuan ilmu pengetahuan serta melawan diskriminasi.
Dalam agama Islam, takwa adalah
tolok ukur kemuliaan seseorang di atas yang lainnya. Oleh karena itu, perbedaan
warna kulit, hitam dan putih, kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan akan
ditimbang Allah Swt berdasarkan ketakwaan mereka bukan berdasarkan
faktor-faktor materi dan warna kulit. Buku Islam dar Yek Negah dapat
menambah pengetahuan-pengetahuan seseorang tentang Islam. Buku ini menjelaskan
berbagai argumentasi kebutuhan manusia terhadap agama secara lengkap dan tepat.
Kitab Nahjul Balaghah yang
menjelaskan pidato-pidato Imam Ali as sangat penting dan mempunyai daya tarik
yang luar biasa bagi manusia. Ucapan-ucapan Imam Ali as dalam kitab ini telah
banyak memberikan solusi terhadap berbagai masalah sosial dan individu saat
ini, bahkan telah mengobati berbagai penyakit jiwa manusia. Meski telah ada
banyak penafsiran dan penjelasan dari para cendekiawan besar Islam tentang isi Nahjul
Balaghah, namun kitab yang sangat berharga ini memerlukan penjelasan yang
lebih mendalam dan luas khususnya terkait masalah kekinian.
Melihat hal itu, Ayatullah Makarem
Shirazi setelah menyelesaikan penulisan tafsir Nemuneh, ia langsung
menulis penjelasan dan penafsiran baru tentang isi Nahjul Balaghah.
Karyanya tersebut berjudul "Payam-e Imam Ali as" yang hingga saat ini
telah ditulis sampai 13 jilid dalam bahasa Persia dan telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab.
Buku Payam-e Imam Ali as (pesan
Imam Ali as) mempunyai keistimewaan yang menarik. Semua kalimat yang
menjelaskan ucapan Imam Ali as dikemas dalam bahasa yang mudah dan disebutkan
pula akar dari semua kata yang penting. Selain itu, ditulis pula tentang
hal-hal bersejarah yang terkait dengan berbagai pidato dan surat Imam Ali as
secara teliti. Ayatullah Makarem Shirazi dalam bukunya itu juga membahas
tentang akidah, akhlak, sosial dan politik dengan menganalisa berbagai
permasalahan di masa Imam Ali as sehingga pembaca akan lebih mudah memahaminya.
Zendegi dar Partu-e Akhlakadalah karya lain Ayatullah Makarem
Shirazi yang menjelaskan dengan indah tentang peran akhlak dalam mendidik
manusia. Ia memberikan perhatian khusus tentang pentingnya akhlak dalam
kehidupan manusia. Dalam mukaddimah buku ini, ia mengulas pandangan-pandangan
Barat dan menulis, aturan yang berlaku di dunia dengan segala upaya yang tampaknya
memperbaiki dan melaksanakan peraturan itu sebenarnya tidak akan dapat
memberikan kehidupan yang ideal kepada manusia dan bahkan justru akan
menghilangkan harapan bagi masa depan umat manusia. Aku tidak tahu kepada siapa
prinsip-prinsip yang sudah usang ini diujikan. Prinsip-prinsip ini bahkan tidak
mampu menolong penganut dan pemeliharanya, terus bagaimana mungkin dapat
menolong orang lain?
Ayatullah Makarem Shirazi meyakini
bahwa akhlak mampu memberikan ketenangan kepada manusia dalam menghadapi naluri
yang terus memberontak dan merusak. Selain itu, akhlak dapat melunakkan emosi
manusia serta mengubahnya menjadi seorang yang jujur, tulus dan penuh kebaikan
bagi masyarakat.
Ayatullah Makarem Shirazi sangat
memperhatikan masalah akhlak dan menulis, prinsip akhlak adalah laksana
gelombang kuat yang mampu melalui segala bentuk rintangan dan menemukan jalan
di dalam jiwa manusia serta mengubah dan membentuk manusia dengan kepribadian
baru yang dipenuhi dengan sifat-sifat mulia Ilahi.
Manusia dengan cakrawala pemikiran
luas tidak akan berpikir sempit atau terjebak dalam tindakan yang mengganggu
dan menindas orang lain, dan tidak akan menjadi pribadi yang pendendam, bahkan
sebuah komunitas yang realistis akan terbentuk bersama orang-orang yang sepaham
dengannya.
Ayatullah Makarem Shirazi dalam
bukunya Zendegi dar Partu-e Akhlak menulis bahwa pendidikan dan
bimbingan adalah alat paling penting dalam membentuk manusia sejati. Ia menilai
manusia sebagai wujud yang dapat berubah dimana dengan pendidikan, sifat-sifat
yang baik akan mengakar dengan kuat dalam jiwa manusia. Tentunya pendidikan
yang di ajarkan adalah pendidikan yang didasarkan pada ajaran dan perintah
agama Islam, al-Quran, Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Baitnya yang suci.
Pendidikan Islam ini akan mengajarkan kepada seseorang bagaimana mengembangkan
sifat baik dan menggunakannya untuk melawan hawa nafsu yang terus memberontak.
Ayatullah Makarem Shirazi dalam buku tersebut juga mengulas sebagian pendapat
para filsuf Barat khususnya tentang ilmu akhlak.
Masalah pendidikan, interaksi dengan
orang-orang baik dan pentingnya situasi sosial dalam pendidikan manusia serta
masalah-masalah aplikatif lainnya juga di bahas oleh Ayatullah Makarem Shirazi
dalam bukuZandegi dar Partu-e Akhlak. Secara umum, buku ini memberikan
petunjuk dengan baik untuk mengenal pentingnya akhlak dan jalan untuk
memperoleh sifat-sifat terpuji.
Tafsir Maudhui (tematik)
"Payam-e Quran" adalah salah satu karya berharga Ayatullah Naser
Makarem Shirazi bersama sekelompok cendekiawan lainnya. Mengingat
keistimewaan khusus dari tafsir ini, maka semua kalangan dapat memanfaatkannya
dengan mudah. Tafsir ini ditulis dalam 10 jilid dengan metode baru dan
merupakan sebuah susunan lengkap pengetahuan agama dan akidah di mana
disusun dalam bentuk buku pelajaran dan masuk ke dalam kurikulum di sebagian
universitas di Iran.
Keistimewaan yang tampak jelas dari Tafsir
Maudhui Payam-e Quran adalah ungkapan-ungkapan singkat tentang ayat atau
sekelompok ayat. Ungkapan-ungkapan pendek namun kaya dengan makna ini merupakan
keistimewaan terpenting dalam Tafsir Maudhui Payam-e Quran. Bukti
menunjukkan bahwa mayoritas audien utama dari tafsir ini adalah generasi muda.
Mereka dengan mudah mengenal dan memahami sedikit banyak tentang tema-tema
dalam al-Quran yang dijelaskan dalam tafsir tersebut.
Ayatullah Makarem Shirazi dalam Tafsir
Maudhui Payam-e Quran jilid empat menjelaskan tentang sifat-sifat Jamal
(keindahan) dan Jalal (keagungan) Allah Swt yang diistimbatkan dari al-Quran.
Ia mengenai kebijakasanaan mutlak Allah Swt menulis, "Mengingat Allah Swt
mempunyai sifat Maha Mulia dan Kuat maka tidak ada penghalang dan gangguan yang
dapat mencegah kehendak-Nya dan tidak ada perbuatan yang tidak dapat dilakukan
oleh Allah Swt. Dia mampu untuk mengatur alam semesta dan membuat undang-undang
serta melindungi para Aulia-Nya. Allah Swt dengan kebijaksanaan mutlak
mengetahui semua rahasia alam semesta dan hal-hal yang mempunyai maslahah
dan mafsadah serta kebutuhan dan keinginan hamba-Nya. Sifat Maha Kuasa dan
Maha Bijakasana Allah Swt telah mendorong terciptanya tatanan dunia yang paling
baik."
Ayatullah Makarem Shirazi
mengatakan, "Semua perbuatan Allah Swt tak terlepas dari hikmah. Kata Alim
dan Hakim disinggung dalam ayat-ayat al-Quran, bahkan hukuman dan
ampunan Allah Swt tidak terlepas dari perhitungan dan disesuaikan dengan amal,
akhlak, dan niat manusia."
Ayatullah Makarem Shirazi berupaya
menjawab isu dan masalah sehari-hari manusia dengan bersandarkan pada al-Quran.
Ia menilai krisis moral (akhlak) dan masalah-masalah terkait hal itu merupakan
pembahasan penting dalam masyarakat dewasa ini di mana al-Quran dan
riwayat-riwayat Islam telah memberikan solusinya. Sementara itu, para
cendekiawan materialistik berusaha mencari solusi krisis tersebut berdasarkan
pemikiran dan ide-idenya. Namun kenyataan membuktikan bahwa mereka hingga kini
tidak mampu memberikan solusi yang mengantarkan kebahagiaan kepada manusia.
Ayatullah Makarem Shirazi
dengan merujuk kepada al-Quran berupaya untuk menyelesaikan masalah-masalah
sosial dan menunjukkan kepada manusia akan jalan kebahagiaan yang telah
diberikan oleh Allah Swt. Ia dalam buku "Akhlak dar Quran" (Akhlak
dalam al-Quran) yang ditulis dalam tiga jilid menjelaskan tentang prinsip umum
akhlak dalam al-Quran, sifat-sifat terpuji dan tercela dalam cahaya petunjuk
wahyu dan ayat-ayat al-Quran.
Dalam mukaddimah buku Akhlak dar
Quran, Ayatullah Makarem Shirazi menulis, "Ketika berpikir tentang
akhlak, terbersit dalam benakku bahwa dari mana aku harus memulai pembahasan
rumit ini dan dengan menggunakan sistem serta susunan apa? Apakah aku hanya
cukup dengan menggunakan metode filsafat Yunani dan membagi akhlak menjadi
empat bagian; hikmah, keadilan, nafsu dan amarah? Padahal hal ini tidak sesuai
dengan al-Quran dan tidak sempurna. Atau apakah aku harus berangkat dari
ideologi Timur dan Barat, dan mengambil susunan pembahasan dari mereka?
Sementara kedua ideologi itu sendiri bermasalah dan selain itu juga tidak
sesuai dengan tafsir tematik Quran khususnya masalah akhlak. Namun atas berkat
Allah Swt, tiba-tiba muncul dalam benakku sebuah metode baru yang muncul dari
al-Quran dan terinspirasi dari kitab suci ini."
Allah Swt dalam al-Quran menjelaskan
pentingnya akhlak dan pengamalannya di tengah-tengah sejarah dan orang-orang
terdahulu. Penjelasan itu menunjukkan bahwa sifat terpuji dan tercela
masing-masing mempunyai dampak luas di masyarakat. Al-Quran dengan metode
penjelasan ini dengan cepat menyampaikan pesan akhlak yang terdapat dalam surat-surat
kepada pembaca dan pendengar. Ayatullah Makarem Shirazi dengan memilih metode
ini kemudian menjelaskan sifat-sifat terpuji dan tercela dan mengulasnya
berdasarkan ayat-ayat al-Quran dan riwayat. Selain menjelaskan setiap sifat
buruk akhlak, ia juga menerangkan dengan terperinci tentang tanda-tanda, akar
munculnya dan cara mengobati sifat-sifat tercela itu.
Dalam buku Akhlak dar Quran
jilid tiga, Ayatullah Makarem Shirazi menyinggung tentang sifat buruk seperti
berbohong. Ia menulis, "Dalam berbagai riwayat terdapat interpretasi
mengejutkan mengenai buruknya sifat bohong. Dalam penjelasan Imam Hasan Askari
as disebutkan bahwa semua kejahatan berada dalam sebuah "ruangan" dan
kunci ruangan itu adalah sifat bohong." (Bihar al-Anwar, Jilid 169,
halaman 263)
Ayatullah Makarem Shirazi juga
menjelaskan dampak buruk dari berbohong dan menyebutkan bahwa dampak negatif
pertama dari sifat ini adalah kehilangan kehormatan, status sosial dan
kepercayaan masyarakat.
Salah satu upaya penting Ayatullah
Makarem Shirazi lainnya adalah menjelaskan hadis-hadis dari Ahlul Bait
Rasulullah Saw. Terkait hal ini, Ia menulis sebuah buku berjudul "150
Dars-e Zendegi" (150 Pelajaran Hidup). Ia meyakini bahwa sunnah Nabi
Muhammad Saw dan riwayat-riwayat Ahlul Baitnya adalah aset terbesar setelah
al-Quran. Namun sayangnya riwayat-riwayat yang merupakan samudera ilmu ini
hingga kini belum dikenal. Banyak riwayat di mana satu kalimat pendeknya dapat
menjadi sebuah buku pelajaran bagi kehidupan manusia dan mampu memecahkan
berbagai masalah kekinian.
Ayatullah Makarem Shirazi dalam buku
150 Dars-e Zendegi menyertakan kumpulan riwayat dengan terjemahan yang
mudah dan penjelasan singkat yang terdiri dari 150 hadis penting. Buku kecil
ini dapat menjadi contoh dari ajaran Islam bagi mereka yang ingin mengenal
Islam lebih baik meski dengan belajar singkat.
Dalam mukaddimah buku 150 Dars-e
Zendegi Ayatullah Makarem Shirazi menulis, "Hal yang lebih penting
dari semuanya adalah mengaplikasikan program-progam ini dan mempraktekkannya
dalam kehidupan. Oleh sebab itu, marilah kita meminta taufik kepada Allah Swt
dimana taufik pertama adalah pemahaman benar atas hadis-hadis ini dan
mengamalkannya." Karya berharga Ayatullah Makarem Shirazi ini telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Asrar-e Aghabmandegi-e Sharqadalah karya lain Ayatullah Makarem
Shirazi yang membahas penyebab ketertinggalan umat Islam pasca kemajuan
gemilang mereka di abad-abad awal munculnya Islam. Ia menulis, "Ketika
Timur di masa lalu merupakan sumber akhlak dan pusat terbesar peradaban dunia
serta terhitung sebagai masa keemasan dalam sejarah bangsa Timur, serangkain
prinsip-prinsip moral berkuasa atas pemikiran bangsa di wilayah ini. Bangsa
Timur sedikit demi sedikit tertidur dan ketika bangun dari tidur beratnya dan
membuka mata, ternyata Barat dengan cepat telah menuju kehidupan industri dan
mewarisi ilmu Timur, bahkan menggunakannya sebagai pijakan dalam revolusi
industri dan ilmu. Bangsa Timur yang "mengantuk" dan panik berupaya
mengejar ketertinggalannya dan menginginkan segalanya dari Barat bahkan masalah
perilaku dan agama. Padahal Barat sendiri dengan kehidupannya yang serba modern
dan mempunyai teknologi maju telah kehilangan akhlaknya."
Dalam pandangan Ayatullah Makarem
Shirazi, Barat khususnya Amerika menggambarkan dunia tampak dipenuhi dengan
kebahagiaan dan kenikmatan. Namun ternyata perlahan-lahan mereka jauh dari
Tuhan dan kehidupan hakiki sehingga kecemasan, kekhawatiran dan stress semakin
menyelimuti jiwa mereka. Barat di dalam pusaran masalah karena mengesampingkan
kebutuhan spiritual.
Ayatullah Makarem Shirazi
dalam bukunya "Mahdi, Enghelabi-e Bozorg" berbicara tentang Sang Juru
Selamat di akhir zaman yaitu Imam Mahdi as dan menjelaskan syarat kemunculan
dan revolusinya. Ia mengenai kehidupan nyata Imam Mahdi as menulis,
"Maksud kegaiban Imam Mahdi as…tidak berarti bahwa keberadaannya di masa
kegaiban adalah wujud yang tidak terlihat dan seperti wujud dalam mimpi, tetapi
Imam Mahdi as hidup secara alami namun ia dikaruniai umur panjang. Imam Mahdi as
berada di antara masyarakat dan berinteraksi dengan mereka. Ia hidup di
berbagai tempat tetapi asing bagi masyarakat dan mereka tidak
mengenalnya."
Menurut Ayatullah Makarem Shirazi,
kemunculan Imam Mahdi as memerlukan kesiapan syarat-syarat tertentu termasuk
kesiapan masyarakat. Artinya, masyarakat dunia harus melawan kekacauan,
ketidakadilan, dan lelah akan lemahnya peraturan manusia serta menyerukan
kemunculanya.
Lebih lanjut Ayatullah Makarem
Shirazi menulis, "Masyarakat dunia harus memahami bahwa untuk
meyelesaikankrisis dunia diperlukan asas dan sistem baru yang disandarkan pada
nilai-nilai kemanusiaan, iman, cinta dan akhlak. Dengan kata lain, masyarakat
dunia harus haus akan kehadiran Sang Juru Selamat dan memohon sepenuhnya kepada
Tuhan untuk kemunculannya."
Dengan kemunculkan Imam Mahdi as,
kehidupan manusia akan mulai masuk ke babak baru dan manisnya keadilan akan
dirasakan oleh semua penduduk dunia. (Sumber: Irib Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar