Pidato
tanpa huruf Alif (dalam bahasa Arab) sudah identik dengan nama besar sahabat
Nabi saw., Ali bin Abi Thalib as. Kebesarannya tak terdebatkan dari berbagai
aspek, entah sebagai pengabdi Tuhan dalam kesunyian, pejuang tangguh dan
pemberani di tengah kecamuk medan perang, pemimpin adil dalam arena politik dan
pemerintahan, sumber kebijakan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Pada abad ketiga, Syarif Radhi berhasil menghimpun pidato, surat dan kalimat-kalimat pendeknya dalam kompilasi Nahj Al-Balaghah. Banyak imam hadis yang juga menapaki langkah Syarif Radhi. Namun tidak semua sastra bahasa Imam Ali as. terjaring di dalamnya. Satu di antaranya adalah pidato tanpa huruf Alif ini. Beliau menyampaikannya secara spontan dalam aliran kata dan kalimat yang cukup panjang. Barangkali pidato inilah referensi terbaik kalangan sastrawan Arab dalam seni hadzf wa ta‘thil.
Tentu saja, nilai sastra sebuah
karya tidak semata-mata ditentukan oleh unsur fisik dan redaksial, tetapi
justru bagaimana kerangka redaksial dijadikan sebagai wahana menampung
kedalaman makna dan mengungkap ketelitian hakikat. Imam Ali as. menamai pidato
ini dengan al-mûqi‘ah, yakni penghantam dan penghempas musuh, seolah
hendak membungkam kelu siapa saja yang meragukan kemampuan manusia mencipta
pidato atau narasi tanpa Alif: huruf yang paling banyak digunakan dan paling
sulit dihindari dalam percakapan Arab. Berikut ini kandungan dari pidato beliau
sebagaimana dicatat oleh Imam Muttaqi Al-Hindi, dalam Kanz Al-‘Ummâl:
kitab nasihat, pidato, dan hikmah, pidato Ali as. dan nasihatnya, hadis
ke-44234.
"Abul Futuh Yusuf bin Mubarak
bin Kamil Al-Khaffaf berkata dalam Al-Masyikhoh, ‘Telah memberitakan
kepada kami Syeikh Abul Fath Abdul Wahhab'—demikian sanad riwayat ini berlanjut
hingga mengatakan, ‘dari Abu Shaleh berkata, ‘Sekelompok sahabat Rasulullah
saw. duduk berkumpul sambil berbincang-bincang, lalu mereka berdiskusi tentang
huruf apakah yang paling banyak digunakan dalam pembicaraan. Maka mereka
sepakat bahwa huruf Aliflah yang paling banyak dipakai dalam pembicaraan
daripada huruf yang lain. Tiba-tiba Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as.
bangkit dan berpidato secara spontan dan tanpa menggunakan satu pun huruf Alif.
Ia menyebut pidato ini sebagai al-mûqi‘ah ‘penghempas'. Ia berkata:
حمدت وعظمت من عظمت
منته , وسبغت نعمته , وسبقت غضبه رحمته , وتمت كلمته , ونفذت مشيئته , وبلغت قضيته
. حمدته حمد مقر بتوحيده , ومؤمن من ربه مغفرة تنجيه , يوم يشغل عن فصيلته وبنيه .
ونستعينه ونسترشده ونشهد به , ونؤمن به , ونتوكل عليه ,
ونشهد له تشهد مخلص
موقن , وتفريد ممتن , ونوحده توحيد عبد مذعن , ليس له شريك في ملكه , ولم يكن له
ولي في صنعه , جل عن وزير ومشير , وعون ومعين ونظير , علم فستر , ونظر فجبر , وملك
فقهر , وعصي فغفر, وحكم فعدل , لم يزل ولم يزول , ليس كمثله شئ , وهو قبل كل شئ ,
وبعد كل شئ , رب متفرد بعزته , متمكن بقوته , متقدس بعلوه , متكبر بسموه , ليس
يدركه بصر , وليس يحيطه نظر , قوي منيع , رؤوف رحيم , عجز عن وصفه من يصفه , وصل به من نعمته من يعرفه , قرب فبعد , وبعد فقرب , مجيب دعوة من
يدعوه , ويرزقه ويحبوه , ذو لطف خفي , وبطش قوي ,
ورحمته موسعه , وعقوبته موجعة , رحمته جنة عريضة مونقة , وعقوبته جحيم ممدودة موثقة .
وشهدت ببعث محمد عبده
ورسوله , وصفيه ونبيه وحبيبه وخليله , صلة تحظيه , وتزلفه وتعليه , وتقربه وتدنيه
, بعثه في خير عصر , وحين فترة كفر, رحمة لعبيده , ومنة لمزيده , ختم به نبوته , ووضح به حجته فوعظ ونصح , وبلغ وكدح , رؤوف بكل مؤمن
رحيم , رضي ولي زكي عليه رحمة وتسليم , وبركة
وتكريم , من رب رؤوف رحيم , قريب مجيب .
موصيكم جميع من حضر ,
بوصية ربكم , ومذكركم بسنة نبيكم , فعليكم برهبة تسكن قلوبكم ,وخشية تذرف دموعكم
وتنجيكم , قبل يوم تذهلكم وتبلدكم , يوم يفوز فيه من ثقل وزن حسنته , وخف وزن سيئته , وليكن سؤلكم سؤل ذلة
وخضوع , وشكر وخشوع , وتوبة ونزوع , وندم ورجوع , وليغتنم كل مغتنم منكم صحته قبل
سقمه , وشبيبته قبل هرمه فكبره ومرضه , وسعته وفرغته قبل شغله وثروته قبل فقره ,
وحضره قبل سفره , من قبل يكبر ويهرم ويمرض ويسقم ويمله طبيبه ويعرض عنه حبيبه ,
وينقطع عمره ويتغير عقله . قبل قولهم هو معلوم , وجسمه مكهول , وقبل وجوده في نزع شديد , وحضور كل قريب وبعيد , وقلب
شخوص بصره , وطموح نظره , ورشح جبينه , وخطف عرينه , وسكون حنينه , وحديث نفسه , وحفر رمسه , وبكي عرسه , ويتم منه ولده , وتفرق عنه عدوه وصديقه ,
وقسم جمعه , وذهب بصره وسمعه , ولقي ومدد , ووجه وجرد , وعري وغسل , وجفف وسجى , وبسط له وهيئ , ونشر عليه كفنه , وشد منه ذقنه , وقبض وودع وسلم عليه , وحمل فوق سريره وصلي عليه , ونقل من دور مزخرفة وقصور مشيدة , وحجر
متحدة , فجعل في طريح ملحود , ضيق موصود , بلبن
منضود , مسعف بجلمود , وهيل عليه عفره , وحشي عليه مدره , وتخفق صدره , ونسي خبره
, ورجع عنه وليه وصفيه ونديمه ونسيبه , وتبدل به قريبه وحبيبه , فهو حشو قبر ,
ورهين قفر , يسعى في جسمه دود قبره , ويسيل صديده على صدره ونحره , يسحق تربه لحمه
, وينشف دمه ويرم عظمه , حتى يوم محشرة ونشره , فينشر من قبره وينفخ في صوره , ويدعى لحشره ونشوره , فتلم بعزه قبور , وتحصل سريرة صدور , وجئ بكل
صديق , وشهيد ونطيق , وقعد للفصل قدير , بعبده
خبير بصير ,
فكم من زفرة تعنيه , وحسرة تقصيه في موقف مهيل ومشهد جليل بين يدي ملك عظيم بكل صغيرة
وكبيرة عليم , حينئذ يجمعه عرفه ومصيره , قلعة عبرته غير مرحومة , وصرخته غير
مسموعة , وحجته غير مقبولة , تنشر صحيفته , وتبين جريرته , حين نطر في سور عمله ,
وشهدت عينه بنظره , ويده ببطشه , ورجله بخطوه , وفرجه بلمسه , وجلده بمسه , وشهد
منكر ونكير , وكشف له من حيث يصير , وغلل ملكه يده , وسيق وسحب وحده , فورد جهنم
بكرب وشده , فظل يعذب في جحيم , ويسقى شربة من حميم , يشوى وجهه , ويسلخ جلده , ويضربه زبينه بمقمعة من حديد , يعود جلده
بعد نضجه وهو جلد جديد , يستغيث فيعرض عنه خزنة جهنم , ويستصرخ فلم يجده ندم , ولم ينفعه حينئذ ندمه .
نعوذ برب قدير من شر
كل مضير , ونطلب منه عفو من رضي عنه , ومغفرة من قبل منه , فهو ولي سؤلي , ومنجح
طلبتي , فمن زحزح عن تعذيب ربه , جعل في جنة قربه , خلد في قصور مشيده , وملك حور
عين وعده , وطيف عليه بكؤوس , وسكن في جنة فردوس ,
وتقلب في نعيم , وسقي من تسنيم , وشرب من عين سلسبيل قد مزج بزنجبيل , ختم بمسك , مستديم للملك ,
مستشعر بسرور , يشرب من خمور , في روض مغدق , ليس يبرق ,
فهذه منزلة من خشي
ربه , وحذر ذنبه ونفسه , قوله قول فصل , وحكمه
حكم عدل , قص قصص , ووعظ نص , بتنزيل من حكيم حميد , نزل به روح قدس متين , مبين من عند رب كريم ,
على نبي مهدي رحمة للمؤمنين , وسيد حلت عليه سفره ,مكرمون برره , وعذت برب عليم
حكيم , قدير رحيم , من شر عدو ولعين رجيم , يتضرع متضرع كل منكم , ويبتهل مبتهلكم
, ويستغفر رب كل مذنوب لي ولكم.
ثم قرأ بعدها قوله تعالى, تلك الدار الآخرة نجعلها للذين لا يريدون علوا في الأرض ولا فسادا والعاقبة للمتقين
"‘Aku Memuji dan mengagungkan
Zat yang besar karunia-Nya dan berlimpah nikmat-Nya, rahmat-Nya mendahului
murka-Nya, kalimat-Nya sempurna, kehendak-Nya terlaksana, dan ketentuan-Nya
tuntas. Aku memuji-Nya sebagaimana pujian seorang hamba yang mengakui penuh
kemahapemeliharaan-Nya, yang tunduk rendah akan kehambaan pada-Nya, yang
memohon ampun atas kesalahannya, yang mengakui keesaan-Nya, yang mengharap dari
Tuhannya ampunan yang menyelamatkannya di hari yang tak lagi peduli terhadap
kerabat dan anak-anaknya. [Inilah pujian] hamba yang memohon pertolongan,
petunjuk dan bimbingan dari-Nya, beriman pada-Nya dan bertawakal pada-Nya.
"‘Aku bersaksi pada-Nya
sebagaimana kesaksian seorang yang tulus dan percaya, yang beriman pada
keagungannya, dan aku menunggalkan-Nya sebagaimana penunggalan seorang mukmin
yang penuh yakin, dan aku mengesakan-Nya sebagaimana pengesaan seorang hamba
yang tunduk patuh. Tidak ada bagi-Nya sekutu dalam kekuasaan-Nya, tidak ada
bagi-Nya teman dalam penciptaan-Nya. Mahaagung Dia dari sekutu dan pembantu,
dari pelayan, pendukung dan pembanding. Mahaumum Dia lalu tersembunyi, Mahabatin
Dia lalu berkuasa, Maha memiliki Dia lalu menundukkan, Dia didurhakai lalu
memberi ampunan, Dia memutuskan maka berbuat adil. Dia senantiasa ada dan tidak
akan pernah tiada. Tidak ada sesuatu apa pun seperti-Nya, sedangkan Dia sebelum
segala sesuatu dan setelah segala sesuatu. Dialah Tuhan yang Maha Istimewa
dengan kebesaran-Nya, Maha Perkasa dengan kekuatan-Nya, Mahasuci dengan
ketinggian-Nya, Mahabesar dengan keluhuran-Nya. Dia tidak terjangkau oleh
pandangan mata, dan Dia tidak terliput oleh penglihatan. Dia Mahakuat, Maha
Penolong, Mahatangguh, Maha Melihat, Maha Penyayang, Maha Pengasih, Mahalembut.
Begitu lemah menyifati-Nya orang yang menyifati-Nya, begitu sesat jauh dari
sifat-Nya orang yang mengenal-Nya. Dia dekat juga jauh, dan dia jauh juga
dekat, Dia menjawab panggilan orang yang memanggil-Nya, Dia memberinya rezeki
dan memberinya tanpa pamrih. Dia Maha Pemilik kelembutan yang tersembunyi,
kekuatan yang perkasa, rahmat yang luas, hukuman yang pedih. Rahmat-Nya adalah
surge yang luas dan indah, dan hukuman-Nya adalah neraka yang diulur dan
membinasakan.
"‘Dan aku bersaksi pada
pengutusan Muhammad hamba-Nya, rasul-Nya dan pilihan-Nya; Dia telah mengutusnya
di sebaik-baiknya masa dan di era transisi dan kekafiran sebagai rahmat dari-Nya
untuk hamba-hamba-Nya dan karunia tambahan-Nya. Dengannya Dia menutup
kenabian-Nya, dan dengannya ia memperlihatkan bukti-Nya, maka ia memberikan
nasihat dan arahan, menyampaikan dakwah dan berusaha keras, ia berbelas kasih
pada setiap mukmin, penyayang dan dermawan, tulus, akrab dan bersih, baginya
limpahan rahmat, selamat, keberkahan dan penghormatan dari Tuhan yang Maha
Pengampun dan Maha Penyayang, yang Mahadekat dan Maha Pengabul.
"‘Aku mewasiati kalian, hai
siapa saja yang menyaksikanku, dengan wasiat Tuhan kalian, dan aku ingatkan
kalian akan sunah Nabi kalian, maka jagalah ketakutan yang menenteramkan hati
kalian, dan kekuatiran yang mengucurkan air mata kalian, kesucian yang
menyelamatkan kalian sebelum tiba hari yang melengahkan kalian dan membebalkan
kalian, hari yang di dalamnya kalian berhasil meraih beban timbangan
kebaikannya dan ringan timbangan keburukannya. Dan hendaklah permintaan dan
rayuan kalian tak ubahnya permintaan yang penuh kehinaan dan kerendahan, syukur
dan khidmat, taubat dan kerinduan, penyesalan dan insaf. Dan hendaklah setiap
dari kalian memanfaatkan sehatnya sebelum sakit, masa mudanya sebelum tua,
kebesaran dan kelapangannya sebelum miskin, masa luangnya sebelum sibuk,
keberadaannya di tempat sebelum berada dalam perjalanan, sebelum dia besar lalu
tua, jatuh sakit dan menderita, dirawat oleh tabibnya, ditinggalkan oleh
kekasihnya, terputus usianya dan berubah akalnya, lalu dikatakan dia telah
letih menderita dan tubuhnya begitu lemah, kemudian bersungguh-sungguh dalam
pencabutan keras nyawa dan dihadiri oleh setiap kekasih yang dekat maupun yang
jauh, maka dia menatap dengan pandangannya dan terangkat keras dengan
penglihatannya, dahinya berkeringat, mengkilat pangkal hidungnya, reda
lirihnya, teregang jiwanya, menangis istrinya, digali liang lahatnya, menjadi
yatim anak-anaknya, berpisah darinya kawan dan musuhnya, dibagikan hartanya,
dan lenyaplah penglihatannya serta pendengarannya.
"‘Lalu ia dikafani dan
dijulurkan, dihadapkan dan dilucuti, dimandikan dan ditelanjangi, dikeringkan
dan didiamkan, direbahkan dan dipersiapkan, dibentangkan kain kafan ke atasnya,
dengannya diikat dagunya dan dibusanai, diserbani dan antarkan dan diucapkan
salam kepadanya, digotong di atas kerandanya, dishalati dengan takbirnya, lalu
dipindahkan dari gedung yang mewah, istana yang megah, dan ruang yang lengkap,
kemudian dia diletakkan di pembaringan di dalam tanah yang sempit, dibantali
dengan kepalan tanah yang ditumpuk, diatapi dengan bebatuan, dipadatkan tanah
di atasnya, diaruk tanah keringnya hingga muncullah rasa rakutnya, terlupakan
beritanya, ditinggalkan oleh kawan dan sahabat setianya, oleh membantunya dan
keturunannya, berubah karenanya karib dan kekasihnya.
"‘Itulah yang tersisa dari
kuburan, terlantar di tanah kosong, bergerak ulat kuburannya dalam tubuhnya,
nanahnya mengalir di atas dadanya dan lehernya, tanahnya melahap dagingnya,
darahnya mongering dan tulangnya merapuh, hingga tiba hari dia dikumpulkan di
padang Mahsyar, maka dia dibangkitkan dari kuburannya, lalu ditiup
sangkakalanya dan dipanggil untuk dikumpulkan dan ditebarkan, maka
bercerai-berailah kuburan-kuburan, dan dibukakan rahasia dada-dada, lalu
didatangkan setiap nabi, pejujur dan syahid, dan diarahkan hamba untuk
diputuskan oleh Yang Mahatahu dan Maha Melihat, maka betapa dengusan nafas yang
melegakannya, hasrat sesal merudungnya di tempat yang mencekam dan padang yang
dahsyat, di hadapan Penguasa Yanga Mahaagung, Yang Mahatahu yang kecil dan yang
besar. Pada saat itulah dia diguyur oleh air keringatnya, meledak-ledak rasa
gelisahnya, kesedihannya tak terlipur, suara melasnya tak didengar, alasannya
tak diterima. Lembarannya ditebarkan dan tampaklah keburukannya ketika dia
melihat kejelekan perbuatannya, matanya bersaksi dengan pandangannya, tangannya
dengan gerakannya, kakinya dengan langkahnya, kemaluannya dengan rabaannya,
kulitnya dengan sentuhannya, dan dia terancam oleh Malaikat Munkir dan Nakir,
maka tersingkaplah waktu pembalasan yang singkat di hadapannya, lehernya
dirantai, tangannya diberogol, diseret dengan keras dan kasar, lalu masuk
neraka dengan gelisah dan rasa ngeri, menetap di dalamnya dalam keadaan
disiksa, dituangi minuman dari air mendidih, mukanya dipanggang, kulitnya
dilucuti, dipukuli malaikat dengan pecut dari besi, kulitnya kembali semula
setelah matang seperti kulit baru, maka dia meminta pertolongan namun diabaikan
oleh para penjaga jahaman, dia berteriak minta keselamatan namun tidak dibalas,
dia menyesal namun tak ada guna penyesalannya, dan dia berada demikian dalam
masa yang panjang.
"‘Kita berlindung kepada Tuhan
Yang Mahakuasa dari ke-burukan setiap nasib, kan kita meminta dari-Nya maaf
orang yang diridhai-Nya dan ampunan orang yang diterima oleh-Nya, karena Dialah
Penjamin pemintaanku dan Pengabul permohonanku. Ma-ka, barangsiapa yang jauh
dari penyiksaan Tuhannya akan ditem-patkan di surga-Nya berupa kedekatan
dengan-Nya, dikekalkan dalam istana-istana yang megah, ditemani bidadari dan
para pelayan, dikelilingi cawan-cawan, menempati balai suci di surga Firdaus,
bergelimang dengan kenikmatan, dituangi minuman dari tasnim, minum dari mata
air salsabil yang telah dicampur dengan jahe, ditaburi wewangian misik dan
anbar, langgeng memiliki dan bahagia menikmati, mereguk minuman dari khamar di
taman yang indah, tidak mabuk dalam meninumnya.
"‘Inilah kedudukan manusia yang
takut pada Tuhannya, waspada pada diri sendiri, dan itulah hukuman atas manusia
yang bermaksiat kepada penciptanya dan dirinya terkecoh oleh kemaksiatannya.
Ini sungguh kata penuntas, hukum yang adil, sebaik kisah yang terceritakan dan
nasehat yang jelas, turun dari Yang Maha Bijaksana dan Mahamulia, diturunkan
oleh Ruh Kudus yang jelas dari Tuhan Yang Mahabajik dari hati nabi yang
terbimbing benar, kepadanya tercurahkan salawat para duta yang dimuliakan nun
terhormat. Dan aku berlindung kepada Tuhan Yang Mahatahu dan Maha Bijaksana,
Yang Mahakuasa nan Maha Penyayang, dari kejahatan musuh terlaknat dan terkutuk,
memohon dengan sepenuh kerendahan pemohon dari kalian, dan mengharap dengan
sebesar asa pengharap dari kalian, dan kami memohon ampunan Tuhan setiap
makhluk untukku dan untuk kalian.'
"Kemudian Ali as. membaca,
"Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Itulah alam
akhirat, Kami telah menjadikannya untuk mereka yang tidak menghendaki
kesombongan di bumi dan kerusakan, dan akhir baik adalah bagi orang-orang yang
bertakwa." Setelah itu, ia duduk kembali."
Sebagaimana digarisbawahi Murtadha
Istarabadi, maksud dari huruf Alif yang tidak digunakan Amirul Mukminin Ali bin
Abi Thalib as. dalam pidato monumental ini adalah huruf yang tidak bisa
diharokati, seperti Hamzah dalam kosakata ghozâ, rojâ, dan
sejenisnya, bukan Hamzah yang bisa diharokati seperti dalam kosakata jî'a,
sî'a, dan semacamnya, karena di dalamnya juga terdapat sejumlah kata
yang menggunakan Hamzah terharokati, seperti kata khotî'ah(kesalahan),
sayyi'ah (keburukan), mu'ammil(mengharapkan), yu'min(beriman),
mu'min (mukmin), syay' (sesuatu), ro'ûf (Maha Pengasih), mas'alah
(permintaan), ku'ûs (cawan-cawan), dan semacamnya. (IRIB
Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar