10 Zulhijjah atau hari raya Idul
Adha adalah salah satu hari raya terbesar bagi umat Islam. Perayaan ini sebagai
pengingat atas pengorbanan besar Nabi Ibrahim as yang mengorbankan anaknya,
Ismail as, demi meraih keridhaan Allah Swt dan mencapai derajat mulia di
sisi-Nya atas kesabaran, ketabahan dan keteguhan iman dalam menghadapi ujian
Ilahi.
Idul Adha atau hari raya Qurban yang
tiba setelah wukuf di Arafah, Muzdalifah dan Mina merupakan hari raya
pembebasan dari keterikatan dunia dan hari penyerahan serta penghambaan kepada
Tuhan Pencipta Alam Semesta. Hari raya Qurban adalah hari di mana manusia
dihadapan Allah Swt mengorbankan segala yang dimilikinya hingga iman dan amal
shalehnya mengantarkan manusia kepada takwa dan penghambaan yang hakiki.
Hari Qurban adalah hari di mana para
jemaah haji bersyukur atas taufik yang diberikan Allah Swt sehingga mereka
dapat menunaikan ibadah haji dan menang dalam medan perang melawan setan.
Mereka kemudian menyembelih keterikatan mereka terhadap selain Allah Swt dan
merayakan kemenangan tersebut. Hari Qurban merupakan hari untuk
"terbang" menuju Allah dengan sayap-sayap iman.
Nabi Ibrahim as dalam mimpinya
melihat anak tercintanya Ismail as telah ia korbankan di jalan Allah Swt.
Beliau bermimpi tentang hal itu hingga tiga kali dan memahami bahwa antara
cinta kepada anak dan "menyatu" kepada Allah Swt, maka ia harus
mengorbankan anaknya. Kemudian Nabi Ibrahim as memutuskan untuk melaksanakan
tugas tersebut. Di sini perlu dicatat bahwa mimpi para Anbiya adalah benar dan
berbeda dengan mimpi orang biasa.
Langkah pertama yang diambil oleh
Nabi Ibrahim as adalah mengabarkan perihal mimpinya itu kepada anaknya terlebih
dahulu. Beliau kepada Ismail as berkata, "Hai anakku! Sesungguhnya aku
melihatdalam mimpi bahwa aku menyembelihmu!maka pikirkanlah apa
pendapatmu!" Ismail as yang cinta kepada Allah Swt dan ayahnya, menjawab,
"Hai bapakku,kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah
engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (As-Saffat, ayat
102).
Kebesaran hati ayah dan anak itu
telah membingungkan setan. Setan kadang-kadang menggoda Nabi Ibrahim as dan
terkadang istrinya atau anaknya hingga mereka membatalkan rencana tersebut.
Namun ketiganya menolak bisikan setan dan justru menghantam "dada"
setan. Menurut sebuah riwayat, setan mengikuti Nabi Ibrahim as dan ketika
sampai ke Jumrah pertama, beliau mengusir setan dengan tujuh lemparan batu dan
ketika sampai ke Jumrah kedua, setan kembali tampak dan beliau mengusirnya
dengan tujuh lembaran batu. Hal itu terulang hingga ke Jumrah ketiga.
Setelah berhasil mengusir setan yang
menggodanya supaya mengurungkan niat dan keputusannya, Nabi Ibrahim as kemudian
menidurkan Ismail yang sangat dicintainya itu dan menempelkan pisaunya ke leher
anaknya lalu menggerakkannya, namun pisau yang tajam tersebut seolah-olah
tumpul dan tidak mampu menggores kulit leher Ismail sedikitpun. Ibrahim as
sangat heran atas kejadian itu dan kemudian ia menggerakkan pisaunya lebih
cepat namun atas berkat kekuasaan Allah Swt, pisau itu tidak mempan sama
sekali.
Sementara itu, para malaikat dengan
penuh kekaguman menyaksikan semua pengorbanan dan keikhlasan Ibrahim as dan
anaknya. Mereka datang kepada beliau dengan membawa wahyu dari Allah Swt,
kemudian Allah Swt mengirim seekor domba untuk dikorbankan sebagai pengganti
Ismail as.
Peristiwa ini diabadikan dalam surat
As-Saffat ayat 103, 104 dan 105 yang berbunyi, "Tatkala keduanya telah
berserah diridan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya. Dan Kami panggil
dia, Hai Ibrahim! Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu. Sesungguhnya
demikianlahKami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya inibenar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu
(Nabi Ismail)dengan seekor sembelihan(yakni dengan dombayang besar)."
Pengorbanan Ismail as menjadi
pelajaran tentang sebuah keikhlasan dan penghambaan yang sebenarnya. Apa yang
diperintahkan Allah Swt maka tanpa banyak bertanya langsung mengerjakannya.
Nabi Ibrahim as ditugaskan oleh Allah Swt untuk menyembelih anak tercintanya
dan ini merupakan tugas yang sangat berat, namun beliau dengan penuh ikhlas dan
kesabaran menunaikan perintah tersebut dan akhirnya beliau lulus atas ujian
besar itu. Penyembelihan ini pada dasarnya merupakan penyerahan murni Nabi
Ibrahim as kepada perintah Allah Swt dan mengesampingkan selain-Nya.
Nabi Ibrahim as menjelaskan
dengan indah kepada Ismail as tentang perintah penyembelihan itu dan meminta
pendapatnya. Beliau ingin mengajak anaknya untuk bergabung dalam jihad besar
ini hingga ia merasakan lezatnya penyerahan diri kepada Allah Swt dan mencicipi
keridhaan-Nya. Selain itu, Ismail as juga ingin supaya ayahnya bertekad kuat
dalam keputusannya. Ia kepada ayahnya tidak berkata "Sembelihlah
aku", tetapi mengatakan, "Lakukanlah setiap tugas yang dibebankan
Allah Swt kepadamu dan aku menerima perintah-Nya." Dengan demikian, Ismail
as tetap menjaga tahapan "adab" di hadapan Tuhan dalam bentuk yang
paling baik dan bersandar pada kehendak Allah Swt serta memohon taufik
ketabahan dan kesabaran dari-Nya.
Jemaah haji di Mina sebelum
mengorbankan domba atau unta, mereka membawa jiwanya ke altar cinta dan
mengorbankannya terlebih dahulu. Allah Swt dalam surat al-Hajj ayat 37
berfirman, "(Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat
mencapai keridaan Allah) tidak dapat diterima di sisi-Nya (tetapi ketakwaan
daripada kalianlah yang dapat mencapai keridaan-Nya) yaitu yang dapat sampai
kepada-Nya hanyalah amal saleh yang ikhlas disertai iman…"
Dengan demikian, hikmah dan manfaat
dari amalan ini tidak hanya terbatas bagi para jamaah haji. Manfaat ini tidak lain
adalah takwa dan kesalehan. Takwa kepada Allah Swt menempatkan para peziarah
Kabah yang ikhlas di bawah wilayah Allah Swt dan menghapus kotoran-kotoran
hati. Imam Jafar Shadiq as berkata, "Ketika melakukan korban, potonglah
pangkal tenggorokan (leher) dan pembuluh nafsu serta ketamakan
(keserakahan)."
Poin menarik dari riwayat tersebut
adalah ketamakan diibaratkan seperti leher sehingga ketika berkorban maka leher
ketamakan harus dipotong supaya akar-akar ketamakan itu tercabut. Mungkin
karena hal inilah sehingga takwa yang bernilai terletak pada pengorbanan
sehingga hari raya Qurban disebut sebagai Haji Akbar. Para peziarah
Kabah setelah bersabar dalam menghadapi berbagai kesulitan dan menjauhi
simbol-simbol keduniaan sampailah pada tempat kediamannya yang terakhir dan
merayakan Idul Qurban.
Setiap amalan dalam ibadah haji
mempunyai rahasia yang bertujuan untuk mendidik jiwa manusia. Memakai pakain
ihram hingga mengucapkan Labaika Allahumma Labaik ,Tawaf, Sai dari Safa
ke Marwa, wukuf di Arafah, Muzdalifah dan Mina, meyembelih hewan Qurban dan
lain sebagainya bertujuan untuk mendidik dan membersihkan jiwa manusia.
Setelah menyembelih hewan Qurban,
para jemaah haji harus memangkas rambutnya atau memotong kukunya menjadi pendek
yang disebut dengan Taqsir atau Tahliq (mencukur rambut hingga habis). Rambut
adalah keindahan dan kecantikan bagi manusia. Dalam hukum Fiqih disebutkan
bahwa barang siapa yang menggunduli rambut seseorang dan menghilangkan
kecantikan dan keindahannya serta merusak harga diri orang tersebut maka ia
harus membayar denda. Hal ini berbeda dengan para jemaah haji. Setelah mereka
berkurban di Mina, mereka harus mencukur rambutnya dan mengorbankan keindahan
fisiknya di jalan Allah Swt yaitu menghapus kesombongan dan kebanggaannya,
kemudian kembali ke Mekah sebagai "rumah" Tuhan yang dipenuhi dengan
keamanan.
Para jemaah haji di samping Kabah
berkata, "Tuhanku, rumah ini adalah rumah-Mu, dan tempat suci ini adalah
tempat-Mu. Hamba ini adalah hamba yang rendah dan melarikan diri dari jiwanya
yang berlumuran dosa menuju kepada-Mu." Pada dasarnya, manasik haji
merupakan perumpamaan yang komprehensif dari perjalanan ruh manusia menuju
Allah Swt.
Imam Sajjad as mempunyai doa yang
isinya sangat indah mengenai hari raya Idul Qurban. Selain mensifati Allah Swt,
beliau dalam doanya hanya berharap kepada-Nya dan dengan ikhlas dan tulus
bermunajat serta mengutarakan semua kebutuhannya.
Contoh kecil dari penggalan doa beliau sebagai
berikut, "Ya Allah, hari ini adalah hari yang diberkati dan hamba-hamba-Mu
yang mengesakan-Mu di hari ini saling berkumpul dan bersama-sama dalam satu
tempat. Semua mempunyai permintaan kepada-Mu dan semua mengharap karunia-Mu
serta takut akan kemurkaan-Mu. Dalam kondisi ini, lihatlah mereka dan penuhilah
hajat-hajat mereka. Ya Allah limpahkanlah salam kepada Muhammad dan keluarganya
dan gabungkanlah kami dalam doa terbaik dari setiap hambamu yang beriman di
mana mereka pada hari ini bermunajat kepada-Mu…."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar